Sebagai Influencer Raffi Ahmad Dkk Terancam Miskin, Sinyalnya Sudah Terlihat di Amerika - Trend Updates

Sebagai Influencer Raffi Ahmad Dkk Terancam Miskin, Sinyalnya Sudah Terlihat di Amerika

Raffi Ahmad
source : detikcom

Pernah berpikir betapa enaknya jadi influencer media sosial? Punya ratusan ribu follower, dikenal banyak orang, dan dapat cuan hanya dari postingan di TikTok atau Instagram. Tapi, tunggu dulu. Dunia influencer ternyata nggak seindah yang kamu lihat di layar smartphone. Persaingan makin ketat, platform mulai pelit, dan hidup dari dunia konten nggak semudah bikin video joget-joget.

Kalau kamu pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik gemerlapnya dunia influencer, yuk, kita bahas lebih dalam.


Apa yang Terjadi di Dunia Influencer Saat Ini?

Dulu, jadi influencer mungkin terlihat seperti jalan pintas menuju sukses. Tapi sekarang? Industri ini penuh sesak dengan jutaan kreator konten. Menurut laporan Goldman Sachs, ada sekitar 50 juta orang di dunia yang mencoba menghasilkan uang dari media sosial. Tapi kenyataannya, hanya sebagian kecil yang benar-benar bisa hidup layak dari profesi ini.

Seorang kreator bernama Clint Brantley, misalnya, punya lebih dari 400 ribu follower di TikTok, YouTube, dan Twitch. Kontennya tentang game Fortnite sering banget trending dengan rata-rata views lebih dari 100 ribu. Tapi, tahu nggak? Penghasilan Clint tahun lalu ternyata lebih kecil dari gaji rata-rata pekerja di Amerika Serikat, yaitu sekitar Rp 950 juta per tahun.


Kenapa Jadi Influencer Sekarang Lebih Susah?

1. Platform Nggak Lagi Royal

Ingat nggak waktu TikTok, YouTube, dan Instagram dulu berlomba-lomba kasih bonus ke kreator? Nah, sekarang kebijakan itu berubah drastis. TikTok, misalnya, hanya kasih komisi buat kreator yang punya minimal 10 ribu follower dan 100 ribu views per bulan.

Ben-Hyun, seorang kreator dengan 2,9 juta follower, bilang kalau dulu dia bisa dapat US$ 200-400 per satu juta views. Tapi sekarang, penghasilannya turun drastis jadi hanya US$ 120 untuk 10 juta views. Kebayang kan betapa sulitnya?

2. Brand Pilih-Pilih

Kerja sama dengan brand adalah salah satu sumber pendapatan terbesar influencer. Tapi sekarang, brand lebih picky. Mereka lebih suka kerja sama dengan micro-influencer yang punya niche spesifik daripada influencer besar dengan audiens yang luas.

Menurut laporan NeoReach, hanya 14% influencer yang bisa menghasilkan lebih dari Rp 1,6 miliar per tahun, sedangkan hampir setengahnya hanya dapat kurang dari Rp 245 juta.


Siapa yang Masih Bertahan di Dunia Influencer?

Influencer dengan Strategi Diversifikasi

Influencer yang bertahan biasanya nggak hanya mengandalkan pendapatan dari platform. Mereka membuat merchandise, kursus online, atau kerja sama langsung dengan brand besar. Misalnya, Danisha Carter, seorang kreator dengan 1,9 juta follower di TikTok. Pendapatan dari TikTok-nya hanya sekitar US$ 12 ribu setahun, tapi dia berhasil menambah penghasilan dengan menjual merchandise hingga US$ 5 ribu.

Kreator dengan Momentum Tepat

Beberapa kreator yang mulai berkarir saat pandemi berhasil memanfaatkan momentum. Konten tentang fashion, investasi, atau life hacks sempat booming saat itu. Tapi setelah pandemi berakhir, banyak yang struggling karena minat audiens berubah.


Kenapa Industri Ini Sangat Menantang?

1. Beban Kerja yang Berat

Jangan salah, jadi influencer bukan berarti cuma bikin konten lucu-lucuan. Mereka harus mikir konsep, syuting, edit video, sampai interaksi dengan fans. Semua itu butuh waktu dan energi yang nggak sedikit.

Jasmine Enberg, seorang analis di Emarketer, bilang, “Kreator yang sukses biasanya butuh bertahun-tahun untuk membangun audiens. Ini bukan pekerjaan yang bisa bikin kaya dalam semalam.”

2. Tidak Ada Jaminan Keuangan

Berbeda dengan pekerja kantoran, influencer nggak punya jaminan kesehatan, uang pensiun, atau bonus tahunan. Dalam kondisi ekonomi yang nggak stabil, banyak dari mereka yang kesulitan mengatur keuangan.


Harapan untuk Masa Depan Industri Influencer

Meskipun industri ini terlihat makin sulit, ada beberapa harapan untuk perubahan. Banyak kreator yang berharap platform lebih transparan soal pembagian pendapatan. Selain itu, kebijakan yang konsisten juga penting supaya kreator nggak merasa “dipermainkan” oleh algoritma.


Apa Pelajaran yang Bisa Kita Ambil?

Jadi influencer mungkin terlihat glamor, tapi di balik itu semua ada kerja keras, tekanan mental, dan ketidakpastian finansial. Kalau kamu bercita-cita jadi kreator konten, pastikan kamu siap untuk berjuang dan nggak hanya mengandalkan penghasilan dari satu sumber saja.

Ingat, sukses di dunia ini bukan tentang seberapa banyak follower yang kamu punya, tapi seberapa cerdas kamu mengelola peluang yang ada.